Di hari sabtu yang suram, karena
mendung terdengar bel berbunyi tanda berakhirnya pelajaran di sekolah, hari itu
aku pun bergegas pulang dan tak lupa memberi salam dan salim kepada bapak ibu
guru. Aku ingat,
bahwa sore hari itu kami sekeluarga yaitu aku, papa, mama, Haqqi dan Nawa akan berlibur ke Batu. Liburan itu adalah liburan rombongan yang terdiri dari seluruh karyawan dan bos papa yang ada di Surabaya. Pertamanya sih, keluargaku nggak pengen ikut tetapi karena kalau nggak ikut, gaji papa dipotong malah susah! Ya udah, akhirnya kami ikut, untung- untung gratis! Hehehe,..! . Setelah naik angkutan umum AJG dan oper naik K1 bayar 2000, turun angkutan kulihat panas terik menyapaku sambil memberikan kehitaman pada kulit ini, walaupun letih, dehidrasi, dan pengen makan nasi, kusempatkan kaki ini berjalan melewati rel kereta api selangkah demi selangkah, ditengah aku pun disapa oleh penjual bakso langgananku yang biasanya dipanggil Pak Gundul karena orangnya memang gundul.”Waduuh, sudah lesu ya?” sambil tersenyum mengejekku. Aku pun menegakkan dada dan berjalan cepat sambil mengatakan “Nggak kok pak, aku nggak lesu kok!”, dengan kecepatan kilat ku melangkah, akhirnya sampai di rumah dan Alhamdulillah ya sesuatu aku selamat.
bahwa sore hari itu kami sekeluarga yaitu aku, papa, mama, Haqqi dan Nawa akan berlibur ke Batu. Liburan itu adalah liburan rombongan yang terdiri dari seluruh karyawan dan bos papa yang ada di Surabaya. Pertamanya sih, keluargaku nggak pengen ikut tetapi karena kalau nggak ikut, gaji papa dipotong malah susah! Ya udah, akhirnya kami ikut, untung- untung gratis! Hehehe,..! . Setelah naik angkutan umum AJG dan oper naik K1 bayar 2000, turun angkutan kulihat panas terik menyapaku sambil memberikan kehitaman pada kulit ini, walaupun letih, dehidrasi, dan pengen makan nasi, kusempatkan kaki ini berjalan melewati rel kereta api selangkah demi selangkah, ditengah aku pun disapa oleh penjual bakso langgananku yang biasanya dipanggil Pak Gundul karena orangnya memang gundul.”Waduuh, sudah lesu ya?” sambil tersenyum mengejekku. Aku pun menegakkan dada dan berjalan cepat sambil mengatakan “Nggak kok pak, aku nggak lesu kok!”, dengan kecepatan kilat ku melangkah, akhirnya sampai di rumah dan Alhamdulillah ya sesuatu aku selamat.
Setelah
sampai di rumah salam dan salim selalu kulakukan kepada orang tua, segera
kucuci tangan dan kaki lalu mengambil segelas air, seentong nasi, dan beberapa
sendok lauk. Sehabis makan dan minum, waktunya menyiapkan segala keperluan
untuk berlibur. Sore hari itu aku dan mama mempersiapkannya. Setelah selesai
waktunya papa menelepon keponakannya
yang bernama Mas Eko dengan handphone flexi milik mama, “Assalamualikum, Ko,
aku nanti anterin naik mobil, mau liburan sama keluarga dan rombongan kerja ku
?”. “Iya, Lo, mau liburan kemana sih, kok rame- rame?” kata Mas Eko.”Ituloh, ke
Batu.”kata papa. “Oalah, ke Batu kok rombongan! ” kata Mas Eko. “Ya memang
orang Surabaya, wisatanya ke Batu” kata papa. “O iya ya, beres!”kata Mas Eko.
Setelah menunggu di rumah, akhirnya
Mas Eko datang menjemput, di tengah perjalanan karena semuanya tidak tahu
lokasi rumah makan tersebut, kami cukup kebingungan, yang kata papa belok kiri,
kata mama belok kanan, dan kata Mas Eko lurus. Dari pada bingung mending
berhenti aja! fikirku tak sabar. Akhirnya kami memilih pilihan Mas Eko, yaitu
lurus, ternyata benar, kami sampai di rumah makan.
Sesampainya di rumah makan. Kami pun
berpamitan dengan Mas Eko sambil membawa tas koper besar yang berisi kebutuhan-
kebutuhan saat liburan nanti dan menunggu rombongan dari Surabaya. Jadi waktu
itu rombongan bus yang berisi rekan- rekan kerja dan bos papa naik bus di
Surabaya sedangkan keluarga kami dan rekan kerja papa yang ada di Malang naik
bus di Malang. Sambil menunggu bus tiba di Rumah Makan Inggil yang berada di
Malang itu, aku, papa, Haqqi, dan Nawa melihat- lihat kedalam rumah makan tersebut,
sementara mama menunggu di luar. ternyata disana ada sejarah – sejarah Kota Malang
pada masa penjajahan dan foto- foto bangunan bersejarah, Disana juga ada alat-
alat tradisional seperti bonang, gong, gendang, dan lain-lain. Tak terasa
rombongan dari Surabaya itu pun tiba, kami pun menyantap hidangan – hidangan
yang ada disana. Sambil menyantap makanan, kami dihadirkan dengan musik- musik
yang bernuansa keroncong. Begitu tenang
hati ini mendengarkan lagu – lagu khas keroncong dengan suara gesekan- gesekan
biola. Akan tetapi matahari sudah mulai meredupkan sinarnya, dan para rombongan
juga sudah banyak yang menguap, itu bertanda bahwa mereka yang menguap sedang
mengantuk. Padahal setelah itu, panitia dari rombongan Surabaya, akan mengajak
kami bermain ke BNS (Batu Nigt Square) tetapi karena sudah banyak yang
mengantuk dan tiba- tiba ada hujan menampakkan diri. Segera, kami semua masuk
ke bus yang sudah tersedia dan pergi ke hotel yang ada di Batu.
Setelah menempuh waktu yang lumayan
lama, akhirnya kami semua sampai di hotel yang bernama Hotel Jambu Luwuk . Katanya
sih, hotel bintang lima, tapi nggak tau paling hotel bintang tujuh, oh bukan
sih bintang tujuh itu kan puyer buat menghilangkan rasa pusing. Yang ada dipikaranku,
hotel itu seperti hotel kebanyakan yang bertingkat- tingkat seperti gedung,
tetapi yang aku lihat hari itu hotelnya lebih berbentuk seperti vila- vila (rumah-
rumah diatas gunung) ada ruang televisi, dapur, kamar mandi dan masih banyak
lagi. Tapi tak apa yang penting aku dan keluargaku bisa tidur pulas sepulas-
pulasnya. Lelah, lesu, capek membaur menjadi satu apalagi rombongan ini membawa
masing-masing satu keluarga, jadi masing- masing keluarga itu bingung sendiri karena tidak tau vila mana yang akan ditempati, sedangkan
keluarga kami santai saja, tetapi karena mungkin terlalu santai, malah kami
yang tidak kebagian vila, setelah menunggu lama dengan sabar dan berikhtiar
kepada Allah. Alhamdulillah, kami masih saja tidak kebagian vila. Setelah
menunggu lagi kami masih saja tidak kebagian vila. Setelah ditanya kepada resep
sionis, ternyata semua vila penuh. Karena semua penuh, akhirnya kami yang diwakilkan oleh papa dengan batas
kesabaran yang ada, memutuskan untuk meminta kasur kepada pihak hotel dan tidur
di ruang televisi disamping dapur. Dan kami pun tidur pulas.
Hari minggu pagi itu tiba, saatnya
berenang di kolam renang yang terletak di depan vila. Vila yang aku tempati ruang
tevisinya saja bernama Vila Makasar. Sebelum berenang lebih baik sarapan dulu
deh, biar ada tenaga untuk berenang!. Selesai sarapan pagi bersama, kami sekeluarga bergegas berenang
dengan memakai kaca mata renang dan perlengkapan lainnya. Pertama kali aku
masuk air, airnya sedingin es, sempat kakiku terasa kram dan tidak bisa
kugerakkan, untungnya tidak tenggelam tetapi karena sudah di dalam kolam renang
agak lama, jadi sudah tidak terasa lagi dingin dan kramnya, mungkin saat aku
baru masuk kolam renang tubuhku masih menyesuaikan suhu dengan airnya. Akhirnya
selesai berenangnya, saat aku hendak membuka pintu Vila Makassar ternyata tidak bisa, dengan tenang, perlahan namun
pasti kubuka pintu itu sekali lagi. Ehhh,… ternyata bisa, Alhamdulillah, lega
rasanya.
Sehabis mandi dan check out
rombongan ini kembali melanjutkan wisata yaitu ke Jatim park 2 Batu. Karena cuaca
kurang bersahabat, sampai disana malah semakin parah awan menangis- nangis dan
meneteskan air hujan. Saat masuk ke dalam, aku melihat banyak sekali binatang
mulai dari yang kecil sampai yang besar, dari yang terbang di udara sampai yang
berenang di air, dari yang lucu sampai
yang mengerikan, meskipun dengan hujan rintik- rintik. Tetapi ini lebih baik
dari pada di KBS (Kebun binatang Surabaya). Disana juga aku menemukan bayi
harimau putih, dia sangat lucu dan mengemaskan. Diakhir perjalanan mengelilingi
kebun binatang. Banyak permainan yang menungguku dan semuanya gratis. Tapi
sekali lagi cuaca tidak bersahabat denganku,
aku hanya bermain wahana hizteria satu kali sampai hujan deras itu
berhenti.
Tak terasa perjalanan liburan itu sudah
selesai. Sehabis makan siang rame- rame, alhamdulillah kami pulang dengan
selamat meskipun kaki mama agak terkilir saat turun dari bus. Saat itu, mama
baru turun satu kakinya, dan saat hendak kaki satunya lagi mau turun bus itu mendadak
begerak maju. papa sangat marah kepada supir bus itu “Woi, liat- liat dong
kalau jalan!”. Supir bus itu pun hanya terdiam dan merasa tidak tau apa- apa.
Tapi untunglah setelah pijat urut sekarang mama sudah sembuh. Meskipun ada suka
dan dukanya tapi liburan ini sangat seru dan membuat hatiku gembira.By Arafa Zahira
No comments:
Post a Comment